Sebuah sistem pendidikan yang sehat dan unggul selalu
berusaha memahami perkembangan zaman dan memenuhi tuntutan-tuntutannya.
Konsekuensinya, ada semangat perubahan yang diusung untuk menatap masa depan
yang semakin tak terprediksi dan penuh tantangan. Sejatinya, sistem pendidikan
perlu mengambil inisiatif untuk melakukan transformasi dan reformasi
pendidikan.
Dua tujuan utama dari
persekolahan:
1.
Untuk mendidik
siswa dalam berbagai macam keterempailan dan pengetahuan akademis atau
kognitif, dan
2.
Untuk mendidikan
siswa dalam pengembangan keterampilan dan pengetahuan individual dan sosial
yang diperlukan untuk melakasanakan fungsi sosialnya di dalam masyarakat.
Secara
teori, tujuan dari perubahan pendidikan secara perkiraan untuk membantu
sekolah-sekolah mencapai tujuannya secara lebih efektif melalui penempatan
sejumlah program atau praktik yang lebih baik.
Sifat
perubahan pendidikan dan sosial pertama-tama harus dipahami dalam istilah
sumber dan tujuan perubahan. Sumber-sumber perubahan dapat datang dari
tekanan eksternal dan internal. Dalam kaitan ini muncul kebijakan mengenai
perubahan: melalui bencana alam seperti gempa, banjir, dan lainnya; melalui
tekanan eksternal seperti dimasukkannya teknologi dan nilai; dan melalui
kontradisi internal, seperti ketika perubahan asli dalam teknologi mengarah
kepada pola dan kebutuhan sosial, atau ketika satu atau lebih kelompok dalam
masyarakat merasa adanya ketidakcocokan antara nilai-nilai pendidikan dengan
hasil mempengaruhi mereka sendiri atau kliennya dengan siapa mereka memiliki
kepentingan. Begitu juga yang terjadi pada sekolah-sekolah berbasis agama
Islam, yang banyak mengalami perubahan dan perubahan ini menuju pada
pekembangan dan kemajuan. Banyak ketersediaan inovasi yang istimewa, bergantung
pada kebutuhan spesifik dan pada pendekatan dalam memutuskan apa dan
bagaimana menggunakannya. Misalnya Islamic boarding school, dll.
Perubahan
pendidikan secara teknis sederhana dan secara sosial kompleks. Perlu
diidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi inovasi yang
telah diadopsi. Ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi inovasi. Yaitu:
1.
Karakteristik dari
perubahan, perlu dilihat masalah kebutuhan dan relevansi dari perubahan,
kejelasan, kompleksitas, dan kualitas serta kepraktisan dari program.
2.
Karakteristik dari
tingkat wilayah sekolah, terdiri atas: sejarah dari upaya-uapaya inovasi,
proses adopsi, dukungan dan keterlibatan administratur pusat, pengembangan
dan partisipasi staf, sistem ketepatan waktu dan informasi, dan karakteristik
dewan dan komunitas.
3.
Karakteristik pada
tingkat sekolah, yang terdiri atas kepala sekolah, hubungan antara guru, dan
karakteristik dan orientasi guru.
4.
Karakteristik eksternal
terhadap sistem lokal, yang terdiri atas peran pemerintah dan bantuan
eksternal.
Perubahan
pendidikan tingkat lokal berkaitan erat dengan guru, kepala sekolah, siswa,
Dinas Pendidikan setempat, konsultan, dan orangtua serta masyarakat yang
tergabung dalam dewan sekolah.
1.
Guru
Perubahan
pendidikan bergantung pada apa tindakan dan pikiran guru. Kualitas kondisi
pekerjaan guru adalah secara fundamental dikaitkan dengan kesempatan untuk
berhasil dalam perubahan. Hal penting yang menjamin keberhasilan suatu
perubahan adalah tingkat interaksi guru dengan guru yang lain dan
ketersediaan bantuan teknis. Di dalam sekolah, kesejawatan diantara guru
menjadi ukuran dari keseringan komunikasi, dukungan, bantuan dan lainnya yang
akan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi dari suatu perubahan.
2.
Kepala
Sekolah
Kepala
sekolah berada ditengah-tengah hubungan antara guru dengan ide dari
masyarakat luar. Mereka berperan aktif sebagai inisiator atau fasilitator
dari perubahan program. Kepala sekolah terlibat secara langsung dalam
perubahan. Dia mungkin tidak mengetahui matematik atau ilmu alam atau
sejarah, tetapi dia harus menjembatani antara guru dengan pihak luar, dan
memahami kebutuhan masing-masing departemen yang ada di sekolahnya. Suatu
hasil penelitian memfokuskan pada kaitan antara evaluasi informasi dan
penggunaan informasi untuk pengembangan program pada tingkat sekolah.
3.
Siswa
Dalam
proses perubahan, ditujukan untuk meningkatkan prestasi siswa. Tetapi
seringkali, inovator jarang memikirkan siswa sebagai partisipan dalam suatu
proses perubahan dan kehidupan organisasi. Mereka dianggap sebagai objek.
Perubahan tanpa memperhatikan peran mereka akan menghadapi kegagalan. Bila
siswa tidak berpikir bahwa guru memahami mereka, biasanya akan timbul
kesenjangan komunikasi diantara mereka, dan hanya sejumlah kecil siswa ikut
berpartisipasi dalam diskusi kelas.
4.
Dinas
Pendidikan Setempat
Tugas
Dinas Pendidikan setempat adalah untuk mengarahkan pengembangan dan
pelaksanaan suatu rencana yang ekspilist menunjukkan dan memasukan seluruh
perubahan pada tingkat wilayah, sekolah, dan kelas. Seluruh pengawas dan
Dinas Pendidikan setempat dengan tanggungjawab program dilibatkan dalam
berbagai hal dalam perubahan. Mereka berperan pada tiga tahap utama dari
perubahan, yaitu keputusan inisial atau mobolisasi, implementasi, dan
institusionalisasi. Berikut pedoman bagi Dinas Pendidikan setempat dalam
melakukan perubahan:
·
Pilih daerah
yang mana perubahan memiliki kesempatan untuk terjadi.
·
Mengembangkan
kemampuan manajemen dari administrator, selain Dinas Pendidikan setempat dan
kepala sekolah, untuk mengarahkan perubahan.
·
Secara
langsung atau tidak langsung (seperti melalui kepala sekolah) menyediakan
sumberdaya, pelatihan, kejelasan bahwa sekolah merupakan unit perubahan.
·
Mengembangkan
dengan administratur lain, dewan sekolah, dan guru suatu prosedur yang jelas
untuk menjalankan perubahan
·
Mengakui bahwa
pelaksanaan suatu rencana implementasi
·
Proses implementasi
terus menerus.
5.
Orang
Tua
Kebanyakan
orang tua memperhatikan dan tertarik dalam program dan perubahan yang
bersangkutan dengan siswa. Terdapat beberapa rintangan yang dihadapi
keterlibatan orang tua. Rintangan ini dikategorikan dalam rintangan
fenomenologis dan logistis. Rintangan fenomenologis berhubungan dengan kurang
pengetahuan dan pemahaman bahwa administratur dan orang tua memiliki dunia
yang berbeda. Rintangan logistis atau teknis berkaitan dengan kurangnya
waktu, kesempatan, dan know-how mengenai aktivitas atau bentuk keterlibatan
orang tua akan lebih efektif.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar