Kegiatan
Mengajar dan Mengelola Kelas
Kegiatan
guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai
tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana
pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan
kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar.
Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana
(kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik
antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok
adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Masalah
Pengajaran dan Masalah Pengelolaan Kelas
Dalam
menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan
kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga,
yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas.
Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan
pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi guru-guru menangani masalah yang
bersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya,
seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang
sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu,
padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak
diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat.
“Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan
“diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan.
Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran
dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat
pengelolaan.
Untuk
dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus
mampu:
1.
Mengenali secara tepat berbagai
jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok;
2.
Memahami pendekatan mana yang cocok
dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
3.
Memilih dan menetapkan pendekatan
yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dimaksud.
Ada
dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang
bersifat kelompok.
1) Masalah Perorangan
Penggolongan
masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu:
1. Tingkah
laku menarik perhatian orang lain
Seorang
siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana
hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif)
bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari
perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak
(memperolok), membikin onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya;
singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif
dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan
orang lain.
2. Mencari
kekuasaan
Pencari
kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan
pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan
sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada
anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa
sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif
memperlihatkan ketidakpatuhan.
3. Menuntut
balas
Siswa
yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari
bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain.
Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap
sesama siswa, petugas ataupun terhadap guru. Anak-anak penuntut balas yang
aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif
dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menetang.
4. Memperlihatkan
ketidakmampuan.
Siswa
yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu
berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang
bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini
menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.
Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan
tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan
ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
2) Masalah Kelompok
Dikenal
adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
- Kekurang-kompakan
Kekurang-kompakan
kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para
anggota kelompok. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang
dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas
yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
- Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
Jika
suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas
yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan
mengikuti peraturan kelompok. Contohnya: berisik, berbicara keras-keras atau
mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong waktu antri di kantin dll.
- Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi
negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar
yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok
itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota
kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap
“menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
- Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
Penerimaan
kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah
perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar
yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan
masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih
perlu mendapat perhatian.
- Kegiatan kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan dan meniru-niru kegiatan anggota lainnya
Dalam
hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang
sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk
mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah
para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil.
Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan
kekhawatiran.
- Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
Masalah
kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan
tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas,
kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan
lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.
- Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi
secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian
keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah
tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal
biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar